Menyoroti Ketuhanan Yesus Kristus
Menyoroti Ketuhanan Yesus Kristus:
Sebuah Kajian Tematis-Komparatif
- Mukaddimah
Al-Qur’an menyatakan bahwa umat Kristen mengkliam bahwa Yesus Kristus (Islam-Al-Qur’an: ‘Isa ibn Maryam atau al-Masih) itu ‘Anak Allah’.[1] Informasi Al-Qur’an ini mengindikasikan bahwa sejak kematian Yesus, penyelewengan terjadi begitu radikal. Maka tak heran, jika umat Kristen tidak hanya menyatakan Yesus sebagai ‘Anak Tuhan’ melainkan “tuhan” itu sendiri.[2] Dogma ini menjadi harga mati yang tak bisa ditawar lagi.
Sejak kelahirannya hingga wafatnya, pribadi Yesus dilingkupi berbagai cerita dan berita yang tak rasional. Kelahirannya dalam Islam dianggap “mukjizat”, tapi dalam Kristen lebih dari itu. Kelahirannya benar-benar menggambarkan bahwa dia adalah “Tuhan”: pencipta segala makhluk. Kematiannya dipandang begitu tragis dan retoris. Digantung di tiang salib sebagai penebus dosa manusia. Dosa manusia tidak berkesudahan (tak berakhir dan berujung), oleh karenanya dibutuhkan ‘sang penebus dosa’ yang juga tak berujung dan tak berkesudahan. Dia tidak boleh murni manusia, dan tak layak Tuhan seratus persen. Maka muncullah sosok Yesus sebagai Tuhan dalam wujud manusia. Demikian klaim kaum Kristen.
Pasca kematiannya, beritanya tersebar ke mana-mana. Bahkan sampai ke telinga para penyembah matahari. Ia kemudian diyakini sebagai anak dewa matahari. Hari Minggu akhirnya ditetapkan oleh mereka sebagai hari kelahirannya. Tanggal 25 Desembar pun menjadi tanggal mati hari kelahiran Yesus.
Al-Qur’an yang memiliki pandangan berbeda dianggap pseudo kitab suci. Al-Qur’an adalah palsu, tak mengerti situasi dan kondisi Yesus dan Kristinitas. Maka wajar jika dia menolak dogma-dogma Kristen yang sudah mapan berabad-abad lamanya.
Dalam kondisi seperti ini dibutuhkan kajian dan klarifikasi objektif-kritis. Agar kebenaran itu muncul sesuai ‘bajunya’ sebagai kebenaran. Tulisan ini mencoba untuk menjawabnya.
- Kelahiran Yesus Kristus
Injil memberikan inkonsistensi data kelahiran Yesus. Michael Keene mencatat bahwa menurut Matius dan Lukas Yesus dilahirkan di Bethlehem, Yudea, menjelang akhir pemerintahan Herodes Agung (tahun 4 SM), dan dibesarkan di Nazaret, Galilea.[3] Artinya, Yesus lahir pada abad pertama masehi.
Perlu dicatat bahwa catatan Keene berbeda dengan ayat Injil. Menurut Injil Matius, benar Yesus pada masa pemerintahan Herodes Agung.[4] Tapi Lukas memberikan informasi berbeda. Lukas mencatat bahwa Yesus lahir ketika diadakan sensus penduduk oleh Kaisar Agustus.[5] Bagaimana dengan dua Injil lainnya: Markus dan Yohanes? Kedua Injil tersebut ‘diam seribu bahasa’. Tidak ada informasi kelahiran sang nabi Allah itu.
Kelahiran Yesus menurut Matius sebenarnya sangat bermasalah. Dia mendasarkan kisah kelahiran Yesus, anak Maryam itu, dari “ramalan” atau nubuat yang difirmankan Tuhan dengan lidah nabi-nabi.
“Maka sekaliannya itu berlaku supaya sampailah barang yang difirmankan Tuhan dengan lidah nabi-nabi, bunyinya: Sesungguhnya anak dara itu akan mengandung dan beranakkan seorang anak laki-laki, dan disebut orang namanya: Immanuel, yang diterjemahkan artinya “Allah beserta kita.” (Matius 1: 22-23).
Yang dimaksud, Maka sekaliannya itu berlaku supaya sampailah yang difirmakan Tuhan dengan lidah nabi... adalah Yesaya 7: 14 yang berbunyi, Maka sebab itu diberikan Tuhan sendiri suatu tanda alamat kepadamu kelak: Bahwasanya anak dara itu akan mengandung dan beranakkan laki-laki seorang dan dinamainya akan dia Immanuel.” (Yesaya 7: 14).
Dr. Jerald F. Dirk, mantan Diaken di Gereja Matodis Bersatu, menjelaskan bahwa Matius bukan murid Yesus yang berbahasa Aram dan berkebangsaan Palestina. Penyusun Injil Matius merupakan seorang yang sepenuhnya telah ter-Helenisasi dan menggunakan bahasa Yunani sebagai bahasa wacana keagamaan, bukan bahasa Ibrani (Salib di Bulan Sabit, hlm. 185).
Tulisan Matius “anak dara”, ini akibat kesalahan dalam menerjemahkan Perjanjian Lama, yaitu Yesaya 7: 14 bahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani, menjadi “Septuagint”. Dalam bahasa Ibrani, almah artinya “perempuan muda”, diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani, partenos, yang berarti “perawan”. Dalam bahasa Ibrani, “perawan”, adalah bethulah (Cleyton Sullivan).
Ada lagi yang perlu diperhatikan dari Yesaya 7: 14, yaitu: Bahwasanya anak dara itu akan mengandung dan beranakkan laki-laki seorang....Menurut Injil karangan Markus 6: 3, anak Maryam itu enam orang, yang lima laki-laki dan yang seorang perempuan (Alkitab, LAI, 1960).
Perlu disadari bahwa kata “Emmanuel” dalam Perjanjian Baru hanya dipakai sekali, yaitu Matius 1: 23. Sedangkan, kitab Perjanjian Lama, dipergunakan “dua kali”, yaitu dalam Yesaya 7: 14 dan 8: 8.
Apabila Matius menganggap nubuat Yesaya 7: 14 terpenuhi pada kelahiran anak Maryam yang disebut Emmanuel, yang diartikan “Allah beserta kita”, Emmanuel berati nama diri (orang). Oleh karena itu, apabila Matius 1: 23 dianggap sebagai pemenuhan nubuat Yesaua 7: 14, maka Emmanuel adalah nama anak Maryam. Namun, dalam Matius 1: 25, Maryam memberi nama anaknya “Yesus”. Yesus sebenarnya merupakan bentuk Yunani dari kata Ibrani, Yeshua, Joshua, atau Yehoshua, yang berarti “Tuhan akan menyelamatkan”. Kata Tuhan merupakan terjemahan dari bahasa Ibrani, Yahweh.
Apabila Matius menghubungkan Yesaya 7: 14 sebagai ramalan untuk Yesus, hal ini terlalu jauh keterkaitannya karena dibicarakan dalam Yesaya 7: 1 dan seterusnya. Hal yang sama diungkapkan juga dalam 2 Raja-Raja 16: 2 dan 2 Tawarikh 28: 1-5. Jadi, janji tersebut terkait dengan Bani Israel yang dikhiniati oleh rajanya, yang merusak jalan Tuhan (Yesaya 3: 12).[6]
Kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desembar juga tidak ada dasarnya. Keyakinan ini tidak pernah diajarkan oleh Yesus. Maka satu ayatpun tidak ada yang menyebutkannya di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Tanggal kelahiran Yesus yang biasa dikenal dengan Christmas adalah ajaran “asing” yang masuk ke dalam tubuh Gereja Katolik Roma pada abad keempat. Catholic Encyclopedia (1911) menyebutkan:
“Christmas was not among the earliest festivals of church, the first evidence of the feast is from Egypt. Pagan custom centering around the January calends gravitated to christmas.”
(Natal bukanlah upacaya gereja yang pertama, melainkan ia diyakini berasal dari Mesir. Perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari ini, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus).[7]
Dalam Encyclopedia Americana (1944) disebutkan:
“Christmas...it was according to many authorities, not celebrated in the first centuries of the Christian church, as the Christian usage in general was to celebrate the death of remarkable persons rather than their birth...” (The “Communion”, which is instituted by New Testament Bible authority, is a memorial of the deat of Christ) “A feast was established in memory of this even (Chris’s birth) in the fourth century. In the fifth century the Western Church ordered it to be celebrated forever on the day of the old Roman feast of the birth of Sol, as no certain knowledge of the day of Christ’s birth existed.”
(Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya, umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang yang terkemua saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut.” (“Perjamuan Suci”, yang termaktub dalam Kitab Perjanjian Baru, hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus). “Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad keempat Masehi. Pada abad kelima, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesat bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Mathari”. Sebab tak seorangpun tahu hari kelahiran Yesus).[8]
Jadi, tidak pasti kapan Yesud dilahirkan. Lebih tak rasional lagi, menurut Lukas, Yesus dilahirkan pada malam yang sangat dingin. Ketika itu banyak para gembala sedang menggembalakan kambingnya.[9] Jelas tidak rasional. Karena pada musim dingin tak ada seorangpun yang menggembalakan kambingnya. Lantas, benarkah Yesus lahir pada abad pertama masehi? Apa pandangan Al-Qur’an tentang hal ini?
Yesus, tidak lahir pada abad pertama Masehi. Karena penanggalan yang dipakai secara internasional, hanya sebagai anggapan, bukan berdasarkan fakta yang valid: baik itu dari segi tahun, bulan atau hari. Hal ini, menurut Al-Abb Suhail Qasya (seorang penulis dan peneliti Kristen dari Irak) didukung oleh berbagai sumber Injil, sejarah dan ensiklopedi ilmiah dalam dunia Kristen.
Tentang tahun kelahiran Yesus Kristus, mayoritas sumber di atas bersepakat bahwa peristiwa kelahirannya terjadi empat tahun sebelum sejarah penanggalan Masehi. Tahun tersebut merupakan akhir dari kekuasaan raja Herodes. Ensiclopaedia Britannica dan ensikpledi lainnya menyatakan bahwa kelahiran Kristus terjadi antara tahun ke-4 atau ke-7 SM.[10]
Namun, di dalam Injil Matius terdapat bintang yang dianggap sebagai bukti kelahiran Yesus. Hal ini digunakan oleh para sejarawan untuk membuktikan tahun kelahiran Yesus tersebut.
Para sejarawan tersebut merujuk pada hitungan Babil (Babilonia): yang terbukti kebenarannya dengan cara menggunakan ukuran perhitungan modern. Dihasilkan bahwa comet pertama muncul pada bulan Maret tahun 44 SM, comet kedua muncul pada bulan 17 SM, dan comet ketiga muncul pada tahun 16 Masehi. Tanggal munculnya comet-comet tersebut tidak sesuai dengan proses sensus penduduk pada masa gubernur Romawi Kerenius dan masa raja Yahudi, Herodus Besar. Oleh karenanya, kemunculan ketiga comet di atas tidak dijadikan patokan dalam menentukan tanggal kelahiran Sayyid Al-Masîh.
Jika kita merujuk kepada kalender (almanak) China, kita juga menemukan bahwa satu comet besar telah muncul di China dalam setengah bumi sebelah timur pada tanggal 25 Agustus tahun 12 SM. Maka tidak mungkin comet ini dilihat di daerah Laut Tengah dan setengah bumi sebelah barat. Oleh karenanya, para sejarawan bersepakat bahwa comet tersebut bukanlah bintang yang muncul ketika pada hari kelahiran Sayyid Al-Masîh.
Sebagaimana pula pecahnya galaksi pertama yang terjadi pada tahun 134 SM dan kedua pada tahun 173 M; tidak mungkin dianggap sebagai permulaan kelahiran Sayyid Al-Masîh; karena tempat munculnya tidak sesuai dengan sejarah masa gubernur Romawi, Kerenius, tidak juga (sesuai) dengan masa raja Yahudi, Herodus.
Kepler[11] menetapkan bahwa ‘bintang kelahiran’ tersebut adalah ‘peleburan’ (fusi) antara Saturnus dengan Jupiter, tujuh tahun sebelum penanggalan Masehi yang dikenal sekarang. Kepler mengumumkan bahwa bintang yang muncul saat kelahiran Kristus bukanlah comet atau bintang (yang memancarkan cahaya terang), bukan pula akibat pecahnya galaksi. Cahaya yang memancar, menurutnya, merupakan akibat ‘konjursi’ (conjurction) dua benda langit atau dua planet karena jarak antara keduanya sangat berdekatan. Kemudian dua planet tersebut terlihat seperti satu planet yang memancarkan cahaya sangat terang: lain dari cahaya yang biasa. Kepler telah mendokumentasikan penemuannya tersebut pada tahun 1603 M di tempat observasi bintangnya di kota Baragh: konjursi Saturnus dan Jupiter dalam rasi bintang Pisces, dan keduanya tampak seperti satu bintang yang memancarkan cahaya yang sangat terang.
Penemuan tersebut membangkitkan keinginan dalam diri Kepler untuk mengkorelasikannya dengan nubuwat Yahudi dengan kelahiran Kristus ketika terjadi ‘konjurisi’ tersebut dan saat munculnya satu bintang yang bercahaya terang di saat kelahirannya sebagaimana yang terdapat dalam Injil (Matius). Hal ini mendorongnya untuk menguatkan fakta tersebut.
Ketika ia melakukan penghitungan falak secara mendalam, ia sampai pada kesimpulan ilmiah yang menyatakan bahwa konjursi yang mirip dengan konjursi tersebut di atas: terjadi antara Saturnus dan Jupiter tujuh tahun sebelum kelahiran Kristus yang dikenal sekarang. Ketika hasil penemuan tersebut diumumkan, muncul penolakan dari pihak gereja dan dunia Kristen. Akhirnya, hasil penemuan yang jelas tersebut ditutup oleh ‘tabir kelupaan’ (sitâr al-nisyân).
Setelah peristiwa penolakan penemuan Kepler tersebut, muncullah ilmuwan Jerman, Sehnapel pada tahun 1925. Ia mengumumkan penemuaan sebuah manuskrip paku (makhthûthah mismâriyah): sebuah peninggalan observasi falak Babil di daerah Sippar. Dimana telah terjadi konjursi antara planet Saturnus dan Jupiter. Keduanya melakukan konjursi dalam rasa bintang Pisces selama lima bulan.
Penemuan tersebut membangkitkan keinginan untuk mengetahui tahun dalam diri Sehnapel. Akhirnya ia melakukan proses penghitungan yang mendalam. Ia menggunakan berbagai alat-alat ilmiah modern. Akhirnya ia berhasil menemukan bahwa konjursi tersebut terjadi tujuh tahun sebelum sejarah penanggalan tahun yang digunakan sekarang. Hal ini tentunya penegasan (afirmasi) atas apa yang telah diumumkan oleh Kepler tiga abad sebelumnya.
Setelah hasil penemuan tersebut diumumkan, para sejarawan merajihkan bahwa kelahiran Kristus terjadi pada tahun ke-7 SM, bukan pada tahun ke-4. Ditambah lagi tahun ke-7 SM, sesuai dengan masa imperium Roma, Agustus, gubernur Romawi bagi Syiria, Kerenius dan Herodus raja Yahudi.
Berdasarkan premis di atas, maka tahun ke-7 SM di atas sangat sesuai dengan waktu sensus penduduk: yang dilakukan setiap empat belas tahun sekali, sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Injil. Ini dari segi penentuan tahun kelahiran. Namun dari sisi penentuan bulan dari hari kelahiran, maka harus kembali kepada waktu terjadinya konjursi antara Saturnus dengan Jupiter: untuk mengetahui waktu yang sebenarnya yang dapat dipercaya kebenarannya secara ilmiah.
Setelah tahun ke-7 SM tersebut menjadi kosong, maka ia tidak mungkin kebenarannya untuk dicemari. Ilmuwan Sehnapel melakukan proses penelitan secara mendalam dengan menggunakan alat-alat yang canggih (modern). Tanpa ada keraguan sedikitpun menyatakan bahwa konjursi antara Saturnus dan Jupiter dalam rasi bintang Pisces terjadi secara berulang-ulang sebanyak tiga kali dalam tahun yang sama (tahun ke-7 SM): Pertama, (konjursi pertama) terjadi pada tanggal 29 Mei. Kedua, terjadi pada tanggal 3 Oktober, dan ketiga, terjadi pada tanggal 4 Desember.
Menurutnya juga, Saturnus juga keluar dari rasi bintang Pisces dan masuk ke dalam rasi bintang Aries. Ia kemudian menjauh dari Jupiter di akhir bulan Januari pada tahun ke-6 SM.
Berdasarkan realita-realita ilmiah tersebut dan korelasi yang terdapat antara realita kebenaran ilmiah; dan apa yang terdapat di dalam Injil Matius tentang munculnya bintang bercahaya terang itu serta berpedoman pada perhitungan ilmiah modern di-rajihkan bahwa kelahiran terjadi pada konjursi kedua: pada tanggal 3 Oktober pada tahun tersebut atau dekat dari itu.[12]
Menurut Al-Abb Suhail Qasya, akhir-akhir ini muncul keinginan bagi para sejarawan untuk meyakinkan kelahiran yang sebenarnya melalui elektronik. Alat tersebut mereka lengkapi dengan nomor-nomor dan informasi dan abstraksi dari studi-studi ilmiah tersebut. Hasilnya adalah: alat tersebut menyatakan bahwa kelahiran Kristus terjadi pada tanggal 29 September.
Secara interpretasi-rasional, orang-orang Majusi Babil (Babilonia) memandang bahwa konjursi Saturnus-Jupiter pertama di Sippar (sebuah kota kuno di Irak): yaitu yang terjadi pada tanggal 29 Mei tahun ke-7 SM. Mereka mengambil kesimpulan bahwa itu merupakan bukti kelahiran Kristus. Namun mereka menunda perjalanan mereka ke Bethlehem hingga musim gugur. Karena mereka melihat bahwa untuk melakukan perjalanan sulit melintasi gurun pada musim panas. Dan ketika cuaca telah bersahabat, mereka melakukan perjalanan hingga mereka benar-benar yakin dengan peristiwa yang menakjubkan itu. Mereka akhirnysa sampai ke Yerusalem di awal musim gugur. Lalu mereka pergi ke Bethlehem dan mereka (di jalan yang memanjang menuju sebelah Utara-Selatan) mereka menyaksikan konjursi antara Saturnus dan Jupiter kedua. Keduanya seperti satu bintang yang memancarkan cahaya yang sangat terang di saat tenggelamnya matahari pada hari ketiga (tanggal 3) Oktober tahun ke-7 SM. Artinya, pada konjursi kedua sebagaimana telah kita jelaskan.
Sebagaimana yang terdapat di dalam Injil Matius, disebutkan bahwa bintang tersebut tak terlihat oleh pandangan mereka. Kemudian muncul dan terlihat kembali oleh mereka. Artinya, hilangnya bintang tersebut terjadi antara konjursi pertama (29 Mei) dan konjursi kedua (3 Oktober). Ketika mereka menemukan Yesus (bayi Yesus) dan ibunya, Perawan Mariam, mereka bersujud kepadanya. Bukan berarti kelahiran Yesus tersebut dilahirkan tepat pada hari konjursi kedua ketika orang-orang Majusi Babil menemukan Yesus dan bersujud kepadanya. Tetapi, kelahirannya kiranya terjadi beberapa hari sebelumnya, yakni 29 September tahun ke-7 SM. Sebagaimana hal itu tampak dari hasil perhitungan oleh elektronik berdasarkan informasi-informasi falak yang dilakukan. Sebagai dalil tambahan adalah apa yang terdapat di dalam Injil Lukas:
“Pada malam itu ada gembala-gembala yang sedang menjaga domba-domba di padang rumput di daerah itu” (Lukas 2: 8).
Ini merupakan satu dalil lagi yang menyatakan bahwa kelahirannya tidak terjadi pada musim dingin –sebagaimana sebagian orang mengira—yakni pada tanggal 25 Desember. Karena tidak masuk akal para gembala itu menggembalakan domba-domba mereka pada musim dingin: hawanya sangat dingin dan bersalju. Mereka juga tidak mungkin bangun di malam hari untuk menggembalakan domba-domba mereka. Dengan demikian, berdasarkan hitungan falak yang mendalam dan valid tentang waktu kelahiran bayi Yesus, ia tidak dilahirkan sebelum tahun 2004 M, tidak juga pada tanggal 25 Desember sesuai dengan penanggalan Masehi di Barat. Pun, tidak (juda) pada hari-hari yang dekat dari sejarah tersebut, menurut beberapa kelompok Kristen lain: yang mengikuti penanggalan Timur.
Akhirnya, Al-Abb Suhail Qasya mengusulkan umat Kristen untuk merujuk kepada penjelasan yang terdapat di dalam Al-Qur'an: tentang mukjizat Kristus.[13] Alasan beliau cukup logis: “Agar kita dapat meyakinkan tentang waktu kelahirannya.”
Orang-orang yang menafikan adanya pohon kurma di Palestina sekarang, menurut Al-Abb Suhail Qasya, mereka itu: (1) apakah karena bodoh atau (2) pura-pura bodoh tentang adanya realita-alamiah tentang perubahan iklim daerah tersebut: yang berubah menuju dingin pada cuacanya secara umum. Pengingkaran mereka itu, menurut beliau, tidak serta merta merubah realita. Jadi, kelahiran Sayyid Al-Masîh berdasarkan nash Al-Quran terjadi pada musim gugur: masa dimana buah kurma saat itu sedang matang. Masa ini sesuai dengan konjursi Saturnus-Jupiter pada tanggal 3 Oktober tahun ke-7 SM. Dan tidak mungkin sesuai dengan konjursi pertama (29 Mei) dan konjursi ketiga (4 Desember) karena pada masa itu sedang tidak musim buah kurma.
Demikianlah, berdasarkan nash Al-Qur’an dan perhitungan falak ilmiah dan kesesuaiannya dengan apa yang terdapat di dalam Injil serta kaitannya dengan kesimpulan-kesimpulan yang satu dengan lainnya. Berarti kita telah selesai menentukan tahun, bulan dan hari kelahiran Sayyid Al-Masîh.[14]
Kelahiran yang Penuh Mukjizat
Al-Qur’an dan Injil sepakat bahwa Yesus lahir secara mukjizat: tanpa proses alamiah. Ia lahir tanpa bapak. Oleh karenanya, Al-Qur’an selalu menisbatkan Yesus kepada ibunya (Ibnu Maryam). Artinya, Yesus adalah ‘anak manusia’, karena lahir secara manusiawi dan dilahirkan dari seorang manusia. Meskipun begitu, umat Kristen “bersikeras” bahwa Yesus adalah “anak Tuhan” dan “Tuhan” itu sendiri. Meskipun dalil-dalil mereka –baik secara Injili maupun rasio—sangat lemah dan tak dapat dipertanggungjawabkan.
C. Yesus Kristus: “Anak Tuhan”?
Untuk menguatkan dogma bahwa Yesus itu “anak Tuhan” umat Kristen menggunakan dalil-dalil Injil. Ayat-ayat Injil menurut mereka adalah bukti kuat bahwa Yesus itu anak Tuhan. Seperti: Matius 1: 18[15] atau Matius 1: 20[16]. Karena Maria (Maryam) hamil dari Roh Kudus, maka ia disebut sebagai “anak Tuhan”. Begitu logika kaum Kristen. Ayat yang lain yang biasa digunakan juga adalah Matius 3: 17[17], Lukas 4: 41[18] atau Yohanes 14: 19[19]. Dalam ayat-ayat tersebut Yesus diakui oleh Tuhan, menurut umat Kristen, sebagai anaknya. Dengan begitu, Yesus adalah anak Tuhan. Padahal, banyak sekali ayat-ayat Bible yang menolak klaim mereka.
Dalam Matius 5: 9 orang yang membawa perdamaian (mendamaikan orang lain) disebut oleh Allah sebagai “anak-anak Allah”. Yohanes 14: 19 di atas juga bertentangan dengan Yohanes 17: 23, dimana Allah menjelaskan: “Aku di dalam mereka itu, dan Engkau di dalam Aku; supaya mereka itu sempurna di dalam persekutuan.” Artinya, jika umat Kristen mengklaim bahwa Yesus itu anak Tuhan karena Tuhan bersatu dengan dirinya. Di sini Allah menjelaskan bahwa Dia juga bersatu dengan murid-murid Yesus. Kalau begitu bisa jadai dogma Tritunggal (Trinitas) digusur dan digeser menjadi 14 tunggal. Jelas ini tidak rasional. Apalagi jika ditambahkan Yohanes 17: 3[20], dimana Yesus hanya sebagai “utusan Allah”. Dia bukan anak Tuhan. Bahkan Yesus menyatakan dengan tegas: Allah itu Esa, tunggal.
Oleh karenanya, Allah menegaskan di dalam Al-Qur’an, bahwa klaim umat Kristen itu tidak berdasar sama sekali. Mereka hanya ‘mengekor’ saja kepada tradisi dan budaya umat-umat sesat terdahulu. Dimana Yahudi juga pernah mengklaim bahwa nabi ‘Uzair (Ezra) itu anak Allah.
“Orang-orang Yahudi menyatakan: ‘Uzair itu anak Allah’. Dan orang-orang Nasrani juga menyatakan: ‘al-Masih itu anak Allah’. Itu lah pernyataan mereka lewat mulut-mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir sebelumnya. Allah memerangi mereka, mengapa mereka dapat berpaling.”[21]
Karena jika ditelusuri, ternyata yang dianggap sebagai anak Tuhan bukan hanya Yesus. Banyak juga di dalam Bible orang-orang yang dianggap oleh Tuhan sebagai anak-Nya. Kitab Keluaran 4: 22 menyatakan bahwa Israil itu “anak sulung Tuhan”.[22] Dalam Yeremia 31: 9[23] Allah menyatakan bahwa dia adalah “Bapak Israil” dan “Afraim” anak sulung-Nya serta Daud juga anak Allah yang sulung (Mazmur 89: 28).
Meskipun dalil dan bukti dari Injil begitu kuat, bahwa Yesus bukan anak Tuhan, umat Kristen tak bergeming. Buku yang menyatakan demikian malah semakin banyak ditulisan dan disebarkan. Karena banyak mengeluarkan mukjizat, mereka menganggap Yesus sebagai “manusia sekaligus Tuhan”.[24] Padahal tema anak Tuhan adalah tradisi Ibrani. Ungkapan “Anak Tuhan” paling banter merupakan kiasan dan seringkali digunakan untuk menyatakan orang-orang saleh, orang-orang kudus, para malaikat, dan raja-raja. Misalnya Samuel 7: 14 dan Mazmur 2: 7 menggunakan kata ini untuk menyatakan mesias-raja yang ideal. Bahkan Mazmur 82: 1,6,7 menyebut para nabi sebagai “tuhan” dam “Anak-anak yang Maha Tinggi”:
“Tuhan berdiri dalam sidang tuhan, diantara para tuhan. Ia menghakimi...Aku sendiri telah berfirman, “Kamu adalah tuhan, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian. Namun seperti manusia, kamu akan mati, dan seperti salah seorang pembesar, kamu akan tewas.”[25]
Bukan hanya itu, mereka kemudian mengklaim bahwa Yesus itu tuhan. Dalam beberapa media; buku, majalah, debat, tv, ceramah, lecture, dslb, umat Kristen tak segan-segan untuk mengatakan bahwa Yesus adalah “Tuhan”. Meskipun dalil mereka sendiri tidaklah sekokoh klaim yang mereka ajukan dan pertahankan.
D. Yesus Kristus: “Tuhan”?
Dogma yang satu ini menjadikan umat Kristen begitu getol dan semangat melakukan misi kristenisasi. Karena menurut mereka, Yesus adalah Tuhan sebagai penyelamat dosa manusia. Mukjizat-mukjizatnya membuktikan bahwa dia bukan sekadar manusia, tapi juga Tuhan yang Mahakuasa. Maka lahirlah klaim bahwa Yesus itu: 100 % manusia dan 100 % Tuhan. Dalam beberapa ayat Al-Qur’an, Allah memberikan bantahan yang telak dan rasional. Yang membuktikan bahwa Yesus itu bukan Tuhan, melainkan hamba Allah dan rasul-Nya.
Satu surat yang paling tegas dalam Al-Qur’an adalah Qs. Al-Ikhlas [112]: 1-4. Dimana seluruh sifat Allah dituangkan: Allah itu Esa (Ahad); Allah tempat bergantung segala sesuatu (al-Shamad); Dia tidak beranak dan tak diperanakkan (Lam yalid wa lam yulad); dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan-Nya. Secara implisit, surat ini membatalkan dan menggugurkan keyakinan dan akidah umat Kristen. Karena mereka mengklaim bahwa Allah itu satu esensi yang terdiri dari tiga oknum (Trinitas atau Tritunggal); Yesus tak dapat berdiri sendiri (berarti bukan Tuhan); Yesus diperanakkan; dan Yesus seperti manusia biasa (karena memang manusia murni).
Untuk menguatkan klaimnya bahwa Yesus itu “Tuhan” umat Kristen menggunakan banyak sekali ayat-ayat Bible. Diantaranya adalah ayat-ayat menceritakan mukjizat Yesus, seperti (1) Yesus menyembauhkan penyakit kusta (Matius 8: 1-4; Markus 1: 40-42; dan Lukas 5: 12-13); (2) Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira (Matius 8: 5 dan Lukas 7: 1-10); (3) Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Matius 9: 1-8; Markus 2: 1-12 dan Lukas 5: 17-26); (4) Yesus menyembuhkan orang buta (Matius 9: 27-31; 20: 29-34; Markus 8: 22-25; 10: 46-52; Lukas 18: 35-43 dan Yohanes 9: 1-7); (5) Yesus membangkitkan orang mati (Matius 9: 18-26; Markus 5: 22-24; 35-43; dan Lukas 8: 41-42; 59-56).
Menurut umat Kristen, ayat-ayat di atas menjadi dasar bahwa Yesus itu Tuhan. Mereka tidak mau melihat ayat-ayat Bible yang lain. Dimana bukan hanya Yesus yang dapat melakukan hal tersebut. Nabi-nabi yang lain juga mampu melakukannya. Karena semuanya terjadi atas izin Allah, bukan kemampuan pribadi.[26]
Dalam 2 Raja-raja 13: 21, misalnya, tulang-belulang nabi Elisa mampu menghidupkan orang mati.[27] “Pada suatu kali orang sedang menguburkan mayat. Ketika mereka melihat gerombolan datang, dicampakkan merekalah mayat itu ke dalam kubur Elisa, lalu pergi. Dan demi mayat itu kena kepada tulang-tulang Elisa, maka hiduplah ia kembali dan bangun berdiri.” Anehnya, umat Kristen tidak “menuhankan” nabi Elisa. Padahal dia lebih hebat daripada Yesus dalam hal menghidupkan orang mati.
Jika Yesus mampu menyembuhkan “orang buta”, nabi Elisa pun mampu melakukannya.[28] Jika Yesus dapat menyembuhkan penyakit kusta dan lepra, nabi Elisa pun dapat melakukannya.[29] Jadi, sana tampak jelas bahwa tidak alasan bagi umat Kristen untuk menuhankan Yesus. Jika Yesus dituhankan karena hal-hal tersebut, maka Elisa pun harus dianggap sebagai Tuhan pula.
Jika dari sisi kelahirannya Yesus dianggap sebagai Tuhan, karena tak berbapak. Maka nabi Adam lebih berhak untuk itu. Karena dia tak berbapak dan tak beribu. Tapi umat Kristen pun tidak menuhan nabi Adam. Bahkan, dalam Kitab Ibrani 7: 1-3 disebutkan “Malkisedik” lebih hebat dari Yesus. Dimana dia: tak berbapak, tak beribu, dan tak berawal dan berkesudahan.
Satu ayat lagi yang biasa dijadikan dalil oleh umat Kristen bahwa Yesus itu Tuhan adalah Yohanes 1: 1-2: “Pada mulanya adalah Firman; dan Firman itu bersama-sama dengan Allah; dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah.” Karena Yesus itu firman Allah, dan dia bersama-sama dengan Allah, maka Yesus adalah Allah juga. Ini logika umat Kristen.
Menarik logika yang disampaikan oleh KH. Bahauddin Mudhary ketika berdebat dengan Antonius Widuri –sebelaum memeluk Islam. Menurut beliau: “Kalau ada orang berkata, “Si Salim dengan si Amin” maka susunan kalimat ini semua orang dapat mengerti bahwa si Salim tetap si Salim, bukan si Amin. Jadi berdasarkan ayat Bibel yang saudara baca dengan susunan “Ia” (Yesus) beserta Allah, langsung dapat dimengerti bahwa Yesus bukan Allah, dan Allah bukan Yesus. Jelaskan bahwa Yesus tidak sama dengan Allah. Dengan kata lain, Yesus bukan Tuhan. Dan di ayat itu juga disebutkan bahwa Kalam Allah itu Allah. Padahal Kalam itu bukan Allah dan Allah bukan Kalam. Jadi Allah itu lain dan Kalam pun lain.”[30]
Dan ternyata, Yohanes 1: 1 bukan asli ayat Injil Yohanes. Ayat itu adalah “sisipan” belaka. Ayat ini berasal dari Hymne Platonis, diperkenalkan oleh cendekiawan Yahudi bernama Philo kepada bangsanya, yang bunyi kalimatnya, “Pada mulanya adalah Logos (Firman). Logos (Firman) itu bersama-sama dengan Allah dan firman itu berasal dari Allah.”
Penyalin Kitab Yohanes, kemudian mengadopsi hymne ini dan menempatkannya sebagai pembukaan Injil Yohanes, lalu mengubahnya dari kalimat “Logos itu berasal dari Tuhan” menjadi “Firman itu adalah Tuhan.”
Pencaplokan ajaran Platonis oleh penyalin Injil Yohanes ini dijelaskan oleh bapak gereja Santo Agustinus:
“...Book of the Platonis that had been translated out of Greek into Latin. In then I read, not indeed in these words but much the same thought, enforced by many varied arguments that: In the beginning was the word, and the word was with God and the word was God. All things were made by him, and without him nothing was made. (...Buku filsafat Platonis yang telah diterjemahkan dari bahasa Yunani ke bahasa Latin. Di dalamnya saya baca, walaupun tidak sama persis, tetapi jalan pikirannya sama, didukung dengan berbagai argumen bahwa: Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama Tuhan, dan Firman itu adalah (dari) Tuhan. Segala sesuatu dijadikan oleh dia (Firman) dan tanpa dia (Firman) tidak ada yang dijadikan).[31]
Artinya, ayat itu tidak murni milik Yohanes. Dengan begitu gugurlah dogma Trinitas Kristen. Hal ini dikuatkan lagi oleh catatan kaki Alkitab The New Testament of the New American Bible. Bahwa dalam Yohanes 1: 1-18 bukanlah bagian Injil Yohanes, melainkan karya lepas, yang kemudian dimasukkan menjadi pembuka kitab Yohanes tersebut.
“John 1: 1-18; “The prologue is a hymne, formally poetic in style – perhaps originally an independent composition and only later adapted and edited to serve as an overture to the Gospel. (Yohanes 1: 1-18; pembukaan ini merupakan hymne berbentuk syair mungkin berasal dari karya bebas, yang kemudian baru dikutip dan diedit untuk berperan sebagai pembuka Injil).[32]
Benar-benar Manusia!
Ayat-ayat Bible berikut akan semakin menjelaskan pribadi Yesus. Bahwa dia benar-benar manusia, bukan akan Tuhan apalagi Tuhan.[33]
1 | Yesus diperanakkan dari Daud | Roma 2:3 |
2 | (Allah) dari buah sulbi Daud | Kisah Para Rasul 2: 30 |
3 | Silsilah Yesus: Anak Daud, anak Abraham | Matius 1: 1 |
4 | Yesus disunat pada hari kedelapan | Matius 2: 21 |
5 | Maria mengandung Yesus dan melahirkannya dan merasa sakit ketika ingin melahirkannya | Lukas 2: 6-7 dan Yohanes 12: 2 |
6 | Yesus “menetek” pada ibunya | Lukas 11: 27 |
7 | Yesus punya tanah tumpah darah, yaitu Bethlehem | Matius 2: 1 |
8 | Profesi bapaknya (Yusuf) adalah “Tukang Kayu” | Matius 13: 55 dan Markus 6: 3 |
9 | Kendaran Yesus adalah “keledai” | Matius 21: 5 |
10 | Minum arak dan makan | Matius 11: 19 dan Lukas 7: 34 |
11 | Yesus miskin: tak punya tempat tinggal | Matius 8: 20 |
12 | Jubah Yesus tak berjahit: dari atas ke bawah hanya satu tenunan saja. Artinya, (Tuhan) ini memiliki benda yang sangat remeh | Lukas 3: 16 dan Yohanes 19: 23 |
13 | (Allah) alias Yesus berkebangsaan Yahudi | Markus 1: 35 |
14 | (Allah) loyal kepada pemerintah Kaisar Roma | Matius 22: 21 dan Matius 17: 24-27 |
15 | Allah (Yesus) anak Yusuf | Yohanes 1: 45 |
16 | Yesus (Allah) punya ibu dan saudara | Matius 13: 54-56 |
17 | Allah (Yesus) tumbuh dan berkembang | Lukas 2: 40 |
18 | Hikmah dan besar Yesus bertambah | Lukas 2: 52 |
19 | Pada usia 12, Allah (Yesus) dibawa ke Yerusalem | Lukas 2: 41-42 |
20 | Allah (Yesus) tidak berdaya | Yohanes 5: 30 |
21 | Allah (Yesus) tidak mengetahui waktu kiamat tiba | Markus 13: 32 |
22 | Allah (Yesus) tidak mengetaui musim | Markus 11: 12-13 |
23 | Allah (Yesus) tidak terpelajar | Yohanes 7: 14-15 |
24 | Allah (Yesus) belajar dari pengalaman | Ibrani 5: 8 |
25 | Allah (Yesus) dijui Iblis | Markus 1: 12-13 |
26 | Iblis berulang kali menguji Allah (Yesus) | Lukas 4: 13 |
27 | Allah (Yesus) sama dengan orang awam: diuji juga | Ibrani 4: 15 |
28 | (Allah) yang benar tidak dicoba oleh yang Jahat | Surat Yakobus 1: 13 |
29 | Selain (Allah) diuji dengan kejahatan | Surat Yakobus 1: 14 |
30 | (Allah) mengakui kesalahan dan Bertobat | Matius 3: 13, Matius 3: 6 dan Matius 3: 11 |
31 | Allah (Yesus) tidak datang untuk menolong orang-orang berdosa | Markus 4: 10-12 |
32 | Allah (Yesus) yang rasialis | Wahyu 5: 5 |
33 | Allah (Yesus) hanya untuk orang Yahudi saja | Matius 15: 24 |
34 | Allah (Yesus) memecah belah dan bersikap berat sebelah | Matius 10: 5-6 |
35 | Selain Yahudi adalah “anjing” di mata Allah (Yesus) | Matius 15: 26 |
36 | Kerajaan Allah (Yesus) | Lukas 1: 33 |
37 | Allah (Yesus) bergelar “Raja orang Yahudi” dan “Raja orang Israel” | Matius 2: 2 dan Yohanes 1: 49 & 12: 13 |
38 | Allah (Yesus) tidak menyerupai Tuhan. Tuhan merasa “lapar” | Matius 4: 2, Matius 21: 18 dan Markus 11: 12 |
39 | Allah haus | Yohanes 19: 28 |
40 | Allah tidur | Matius 8: 24, Lukas 8: 23 dan Markus 4: 38 |
41 | Allah letih | Yohanes 4: 6 |
42 | Allah (Yesus) masygul hatinya dan terharu | Yohanes 11: 35 |
43 | Allah menangis | Yohanes 11: 35 |
44 | Allah (Yesus) sedih dan gentar | Matius 26: 37-38 |
45 | Allah takut dan gentar | Markus 14: 34 |
46 | Allah lemah | Lukas 22: 43-44 |
47 | Allah (Yesus) mengusir pedagang dengan kekerasan dan cambuk | Lukas 19: 45 dan Yohanes 2: 13-15 |
48 | Allah (Yesus) adalah “Dewa Peperangan” | Lukas 22: 36 |
49 | (Allah) yang lari | Yohanes 7: 1 |
50 | (Allah) tidak berani tampil di depan Yahudi | Yohanes 11: 53-54 |
51 | (Allah) lari dari hadapan mereka | Yohanes 10: 39 |
52 | (Allah) dilempari batu dan lari | Yohanes 8: 59 |
53 | (Allah) dikhianati muridnya | Yohanes 18: 2-3 |
54 | (Allah) ditangkap dan dihina | Matius 26: 67-68 |
55 | Muka (Allah) ditampar seorang penjaga | Yohanes 18: 22-23 |
56 | (Allah) dijatuhi hukuman mati | Markus 14: 64 dan Matius 26: 66 |
57 | (Allah) seperti seekor domba yang dibawa ke Penjagalan (Pembantaian) | Kisah para Rasul 8: 32-33 |
58 | Akhir Kesudahan (Allah): (1) (Allah) Mati; (2) Kematian (Allah) sudah ditentukan; (3) Minta Mayat Allah; (4) Kain Kafan (Allah); (5) Pernyataan Berkabung dengan Kematian (Allah); (6) | 1. Markus 15: 37 2. Roma 5: 6 dan Yohanes 19: 33 3. Matius 27: 58-59 4. Matius 27: 59-60 5. Lukas 23: 47 |
Yesus benar-benar manusia. Murni manusia. Tidak ada satu ayatpun yang menyatakan bahwa Yesus itu “anak Tuhan” apalagi “Tuhan”. Anggapan sebagian besar umat Kristen bahwa dengan dijadikannya Yesus sebagai “anak tunggal Tuhan” dan “Tuhan” akan menangkat derajatnya adalah tidak benar. Justru ini semakin mencederai posis Yesus sebagai manusia. Karena Yesus sendiri mengaku hanya sebagai “nabi”.[34] Hal ini pararel dengan pengakuan Yesus di dalam Al-Qur’an. [35]
Karena jika Yesus benar-benar anak Tuhan dan Tuhan, maka dia tidak membutuhkan orang lain. Tapi nyatanya tidak. Dia membutuhkan Bapa (Allah) dan bantuan orang lain. Misalnya, Yesus butuh bantuan Roh Allah untuk mengusir setan.[36] Selain, jika Yesus benar-benar Tuhan, maka ramalannya tidak akan meleset. Yang terjadi malah sebaliknya.[37]
Ramalan Yesus tersebut diucapkannya sudah hampir 2000 tahun yang lampau. Sudah ratusan generasi yang mati sejak waktu Yesus berucap seperti itu sampai sekarang, tetapi dia (Yesus) belum juga datang sebagai Anak Manusia ke dunia ini. Jika Yesus itu Tuhan, tidak mungkin ramalan Yesus itu meleset bukan? Tidak terbuktinya ramalan Yesus tersebut karena memang dia bukan Tuhan, tetapi hanyalah seorang anak manusia saja.[38] Bahkan ketika disalib, Yesus malah memanggil Tuhan: ‘Eli, Eli lama sabktani (Tuhanku, Tuhanku, mengapa engkau meninggalkanku?).[39] Jika dia Tuhan, dia tak perlu lagi memanggil tuhan yang lain untuk meminta tolong.
Untuk menolak dogma ketuhanan Yesus ini, Al-Qur’an memberikan pendekatan rasional. Karena Alla s.w.t. ingin memberikan gambaran gamblang, bahwa untuk memahami Yesus sebagai “manusia” tidaklah sulit bagi siapa saja yang mau berpikir sehat.
Dalam Qs. Ali ‘Imran [3]: 59[40] Allah menyatakan bahwa penciptaan Yesus itu tidak beda dari proses penciptaan Adam. Dua-duanya sama-sama diciptakan lewat kata “kun”: jadilah. Adam diciptakan dari tanah, tanpa ibu dan tanpa bapak. Begitu juga dengan Yesus. Dia diciptakan lewat ibu tanpa bapak. Jika Allah menciptakan Adam yang tanpa ibu dan bapak saja “mampu”, konon lagi Yesus yang hanya tanpa bapak.
Lebih sederhana lagi, Allah menggambarkan Yesus dan ibunya dalam ayat berikut ini:
“Al-Masih itu hanyalah seorang Rasul. Telah berlalu rasul-rasul sebelumnya dan ibunya seorang (wanita) yang benar. Mereka berdua biasa “makan makanan”. Lihatlah bagaimana Kami menjelaskan tanda-tanda itu. Lalu perhatikanlah bagaimana mereka (orang-orang kafir: Kristen) itu dapat berpaling.”[41]
Allah s.w.t. ingin menjelaskan kepada siapa saja yang menganggap Yesus sebagai Tuhan untuk berpikir sehat. Bahwa Yesus benar-benar manusia. Buktinya? Dia dan ibunya, Maryam, biasa makan makanan. Makan adalah aktivitas manusia. Maka secara logika, Yesus adalah manusia. Bukan Tuhan.
Jelas, menurut Syeikh al-Jibrin, bahwa disamping makan dan minum, Isa juga perlu buang air besar dan memiliki sifat-sifat seperti layaknya manusia pada umumnya. Bagaimana ia bisa disebut sebagai putra Allah? Mahasuci Allah dari apa yang dikatakan oleh orang-orang zalim.[42]
E. Penutup
Bible telah menolak Yesus sebagai anak Tuhan. Klaim Kristen tentang ketuhanannya adalah bohong belaka. Semuanya tanpa dasar. Rapuh dan tak dapat dipertahankan dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Malah sebaliknya, Yesus menyerang dogma-dogma yang dinisbatkan kepadanya. Dia mengaku sebagai utusan Tuhan.[43] Dia juga mengaku sebagai “nabi”.[44] Sebagai utusan Allah, Yesus pun mengajarkan syahadat[45] monoteisme (Tawhid).[46] Karena Yesus paham benar bahwa yang menolak keesan Allah adalah kafir dan tempatnya adalah neraka.
Begitu jujurnya Yesus terhadap dirinya. Dia pun tak mau mengkhinati Allah yang telah mengutusnya. Dengan penuh kerendahan hati dia mengaku sebagai: anak manusia, utusan Tuhan, nabi Tuhan dan rasul Tuhan. Jika pengakuan jujur sang al-Masih ini pun tak dapat dipahami dengan jujur dan sehat, apa lagi yang dapat dilakukan oleh Yesus untuk menjelaskannya. Untuk orang-orang yang “bebal”: sombong dan taku mau menerima kebenaran itu lah Yesus pernah protes: “...sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti.”[47]
[1] Qs. Al-Tawbah [9]: 30.
[2] Umat Kristen menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah oknum kedua dalam tiga oknum ketuhanan dalam dogma Trinitas (Tritunggal): Allah, Yesus Kristus dan Roh Kudus. Atau biasa disebut oleh mereka: Tuhan Allah, Tuhan Anak (Son of God) dan Tuhan Roh Kudus (The Holy Spirit, meskipun ada yang menterjemahkannya menjadi the holy ghost).
[3] Michael Keene, The Bible, terjemah Y. Dwi Koratno, Alkitab: Sejarah, Proses Terbentuk, dan Pengaruhnya, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), hlm. 28.
[4] “Sesudah Yesus dilahirkan di Bethlehem di tanah Yudea pada zaman Herodes, datanglah orang-orang majus ke Yerusalem.” (Matius 2: 1).
[5] “Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. Demikian juga Yusuf pergi ke kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Bethlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud--. (Lukas 2: 1-4).
[6] Solihan MC, Ternyata Yesus Tidak Disalib, (Solo: Penerbit Tiga Serangkai, 2008), hlm. 6-7.
[7] Lihat: Insan LS Mokoginta, Mustahil Kristen Bisa Menjawab, (Depok: Yayasan Birrul Walidain, Mei 2007), hlm. 93-94.
[8] Insan LS Mokoginta, Mustahil..., hlm. 95-96.
[9] Lukas 2: 8.
[10] Al-Abb (Pope) Suhail Qasya, Târîkh Mîlâd Al-Sayyid Al-Masîh: Baina Al-Usthûrah wa Al-Wâqî‘, (dalam Jurnal ASHTAROWT, edisi 8-9, 2004), hlm. 4.
[11] Kepler adalah ahli Matematika dan Falak asal Jerman.
[12] Al-Abb Suhail Qasya, Tarikh al-Milad al-Sayyid al-Masih, hlm. 4-5.
[13] Cermati Qs. Maryam: 22-23.
[14] Al-Abb Suhail Qasya, Tarikh al-Milad al-Sayyid al-Masih, 5-6.
[15] “Adapun kelahiran Yesus Kristus demikian adanya; Tatkala Maria, yaitu ibunya, bertunangan dengan Yusuf, sebelum keduanya bersetubuh, maka nyatalah Maria itu hamil daripada Roh Kudus...”.
[16] “Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”
[17] “Lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
[18] “Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: “Engkau adalah Anak Allah.” Lalu Ia dengan keras melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias.”
[19] “Kata Yesus kepadanya: "Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.”
[20] “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
[21] Qs. Al-Tawbah [9]: 30.
[22] “Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung.”
[23] “…sebab Aku telah menjadi bapa Israel, Efraim adalah anak sulung-Ku.”
[24] Christopher D. Hudson, Carol Smith dan Valerie Weidemann, Buku Pintar Alkitab: Cara Terlengkap, Termudah, dan Menyenangkan untuk Memahami Firman Allah, terjemah: Michael Wong, (Jakarta: PT. Bethlemeh Publisher, 2008), hlm. 81. Lihat juga, Drs. B.F. Drewes, MTh, Satu Injil Tiga Pekabar, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 135-147.
[25] M. A. Yussef, The Dead Sea Scrolls, The Gospel of Barnabas and The New Testament, terjemah: Sanuddin Ranam, MA dan Dr. Masykur Hakim, MA, Naskah Laut Mati, Injil Barnabas dan Perjanjian Baru: Studi Perbandingan, (Bekasi: Fima Rodheta, 2006), hlm. xi, dalam M. Thariq Quraishi, Yesus: Tuhan atau Nabi? (Pengantar).
[26] Lihat: Qs. 3: 49 dan 2: 87 dan 253. Karena firman apapun yang disampaikan oleh Yesus adalah dari Allah, bukan dari dirinya (Yohanes 17: 8). Karena memang Yesus sendiri mengakui bahwa Allah itu Esa (Yohanes 17: 3).
[27] Ketika masih studi di Mesir, penulis punya pengalaman menarik tentang kisah nabi Elisa ini. Penulis ketika itu, terlibat perdebatan sengit tentang ketuhanan Yesus Kristus dengan seorang pegawai perempuan dari Jakarta. Dia menyatakan bahwa Yesus itu Tuhan, karena mampu menghidupkan orang mati. Ketika penulis sodorkan ayat dari Kitab 2 Raja-raja tersebut, dia malah menyangkal. “Mungkin ketika itu, nabi Elisa sedang terpaksa,” demikian jelasnya. Padahal, jelas-jelas nabi Elisa hanya tersentuh tulangnya, kemudian si mayit pun hidup kembali. Ini justru lebih hebat daripada Yesus Kristus. Dalam 1 Raja-raja 17: 22 disebutkan pula: “TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali.”
[28] 2 Raja-raja 6: 17 dan 30.
[29] 2 Raja-raja 5: 10-11. Nama orang yang disebuhkan sakit kustanya oleh nabi Elisa adalah Naaman.
[30] KH. Bahauddin Mudhary, Dialog Masalah Ketuhanan Yesus, (Pustaka Da’i, 2001), hlm. 31. Kata “Firman” adalah terjemahan dalam cetakan Bible terbaru. Dalam Bible cetakan lama yang ada adalah Kalam.
[31] John K Ryan, The Confesion of St. Augustine, Doubleday, New York, 1960 dalam Ahmad Deedat, The Real Truth: Meruntuhkan Pilahr-Pilar Iman Kristiani, dalam Masyhud, Membuat Tuhan dan Kitab Suci (pengantar editor), (Jawa Tengah: Kahfi Publishing, 2008), hlm. 21.
[32] Ahmed Deedat, The Real Truth…, hlm. 21-22. dalam pengantar Masyhud. Masyhud mengutipnya dari The New Testament of the New American Bible, St. Paul Publication, Makati, 1970, hlm. 203.
[33] Ahmed Deedat, Hal al-Masih Huwa Allah? Terjemah: H. Salim Basyarahil, Injil Membantah Ketuhanan Yesus, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), hlm. 13-23. Lihat juga, Ahmed Deedat, The Real Truth,…, hlm. 106-120.
[34] Matius 10: 41, “Barangsiapa menyambut seorang nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar dengan benar, ia akan menerima upah orang benar.” Lihat juga: Matius 13: 57; Markus 6: 4; Lukas 13: 33 dan Yohanes 4: 44.
[35] (Isa) berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah. Allah memberiku Al-Kitab (Injil) dan menjadikan seorang nabi.” (Qs. Maryam [19]: 30). Lihat juga: Qs. Ali ‘Imran [3]: 48-49 dan Qs. Al-Zukhruf [43]: 59.
[36] “Tetapi aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya kerajaan Allah sudah datang kepadamu.” (Matius 12: 28).
[37] “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya diantara yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai raja dalam kerajaan-Nya.” (Matius 16: 28).
[38] Insan LS Mokoginta, 101 Bukti Yesus Bukan Tuhan, (Depok: Yayasan Birrul Walidain, 2007), hlm. 56-57.
[39] Matius 27: 45-46.
[40] ﭽ ﮦ ﮧ ﮨ ﮩ ﮪ ﮫ ﮬﮭ ﮮ ﮯ ﮰ ﮱ ﯓ ﯔ ﯕ ﯖ ﯗ ﭼ آ
[41] Qs. Al-Ma’idah [5]: 75.
[42] Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin, Fatawa wa Ahkam fi Nabiyillahi ‘Isa Alayhissalam, terjemah: Abdurrasyad Shiddiq, Saatnya Anda Tahu Siapa Nabi Isa? (Jakarta: Darul Falah, 2005), hlm. 17.
[43] Yohanes 5: 30, “Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.” Dalam Lukas 10: 16 Yesus menjelaskan, “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku.” Dalam Markus 9: 37 Yesus menegaskan, “"Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku.” Dan dalam Matius 10: 40 Yesus mengulangi lagi, “Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.”
[44] Matius 13: 57, “Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” Lihat juga: Matius 21: 11, Markus 6: 4, Lukas 4: 24, Lukas 3: 33, dan Yohanes 4: 44.
[45] Yohanes 17: 3, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.”
[46] Matius 4: 10, “Maka berkatalah Yesus kepadanya: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti.”
[47] Matius 13: 13.